(Refleksi Di Balik Berakhirnya Masa Studi Siswa Kelas 12)
Oleh. Subroto Alfaris, M. Ag
Telah tiba masanya bagi siswa dan siswi kelas 12 di penghujung jalan kebersamaannya di madrasah ini dengan telah sampainya mereka di pintu gerbang terakhir pendidikan madrasah. Itu artinya sebentar lagi mereka akan keluar dari pintu gerbang itu menuju jalannya masing-masing sambil membawa bekal yang telah dipersiapkan sebelumnya selama menimba ilmu di madrasah.
Sebagai seorang guru, pegawai atau karyawan di madrasah, selama tiga tahun tanpa mengenal lelah membersamai mereka dalam proses pendidikan dan pembelajaran, tentu banyak sekali yang kita temukan dari kelebihan-kelebihan dan kekurangan dalam kebersamaan itu. Sebuah kondisi yang sangat wajar dan pasti adadalam setiap interaksi yang tidak sebentar.
Dengan adanya kelebihan dan kekurangan tersebut, tentunya dapat menjadi pisau analisis bagi kita semuasebagai “orang dalam” untuk mengoreksi dan mengevaluasi kinerja kita selama iniuntuk perbaikan dan penyempurnaan di masa-masa berikutnya. Merasa telah sempurna melakukan sesuatu hingga menegasikan dan melupakan kelemahan serta kekurangan dalam sebuah tatanan dan sistem kerjabukanlah ciri lembaga, organisasi atau institusi yang modern, profesional, danberkemajuan. Karena manajemen modern setidaknya menerapkan analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, andThreats)dan yang sejenisnya sebagai acuan dalam upaya menerapkan kebijakan danprogram-program kerjanya.
Mengapa tulisan ini diawali dengan menyinggung masa akhir belajar siswa kelas dua belas (12) di madrasah?Jawabannya tentu telah sama-sama kita mengetahuinya, bahwa para alumni inilah sesungguhnya yang akan membawa nama besar madrasah ini sekaligus mencitrakannya di tengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain, merekalah yang nantinya secara tidak langsung menjadi“duta”atau“iklan” bagi masyarakat kita.
Sebagai bukti dari pernyataan penulis di atas, dalam beberapa kesempatan penulis sebagai penguji baca Al-Quran dan sekaligus mewawancarai calon peserta didik barupada pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di madrasah ini, penulis menemukan bahwadari beberapa calon siswa maupun orang tua yang memilih dan tertarik untuk menjadi bagian dari civitasakademika madrasah ini dikarenakan mereka melihat dan merasakan secara langsung kiprah dari para alumni, entah itu tetangga, teman, ataupun kerabat dekat mereka sendiri yangtelah mampu menampilkan identitasnya sebagai alumni madrasah yang terbilang cukup membanggakan, baik oleh karena para alumni tersebut dapat menembus perguruan tinggi favorit di dalam dan luar negeri maupun sukses di dunia kerja hingga peran mereka yang cukup menonjol di tengah masyarakat dengan kontribusi positifnya.
Maka ketikaalumni madrasah diasumsikan sebagai produk yang akan diiklankan dengan tampilan yang baik dan sempurna tentunya harus berbanding lurus dengan kualitas produk itu sendiri dan itu dimulai dari bagaimana proses produksinya atau pengadaannya. Jika yang terjadi sebaliknya, antara produk yang diiklankan dan kualitas produknya jauh berbeda, sudah pasti produk seperti itu akan ditinggalkan oleh para konsumen, karena tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.
Berdasarkan pernyataan di atas,menurut hemat penulis, agar produk dari madrasah ini sesuai dengan iklan yang disampaikan di hadapan publik, maka yang pertama kali harus diperhatikan dan menjadi pusat perhatian kita semua adalahbagaimana upaya kita dapat mengoptimalkan pelayanan pendidikan di madrasah. Ya,optimalisasi pelayanan pendidikanseharusnya menjadi“mainissue” dan bahan utama evaluasi bagi parastakeholder(pemangku kepentingan) madrasah, yakni semua pihak dalam masyarakat, termasuk individu atau kelompok yang memiliki kepentingan atau peran dalammadrasah ini yang saling berhubungan dan terikat. Pertanyaannya, sudahkah kita mengutamakan pelayanan pendidikan ini dengan benar dan sesuai dengan rencana kerja yang telah disiapkan? Karena dari sinilah sebenarnya kekuatan, kehebatan dan nama besar sebuah madrasah dipertaruhkan. Ada komite madrasah, kepala madrasah, guru, pegawai dan bahkan wali siswa yang sangat diharapkan komitmen dan sinergitasnyadalam membangun “kedigdayaan” madrasah.
Membangun bersama madrasah ini oleh para pemangku kepentingan dengan tanpa sekatdan tentunyadiikat oleh taliintegritas, sinergitas dan soliditas adalah sebuah keniscayaan dalam konteks manajemen modern.Mendikbudristek, Nadiem Makarim, dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan,“Di karierapapundi masa sekarang ini dan masa depan, semuanya butuh kompetensi kerja kelompok, menggunakan logika dalam permasalahan, kemampuan komunikasi, dan integritas.”Pernyataan pak menteri ini kemudian diimplementasikan dalam kurikulum merdeka yang sasarannya adalah para peserta didik. Artinya kurikulum merdeka yang diterapkan di seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia berorientasi pada pokok-pokok pikiran dari pernyataan pak menteri tersebut. Dengan demikian peserta didik yang menjalani proses pembelajaran melalui tahapan integrasi gagasan di atas diharapkan mampuberadaptasi secara mandiri mengiringi akselerasi kemajuan zamandengan terus berupaya mengembangkan potensidiri yang pada gilirannya mampu bersaing secara kompetitif di dunia karier, bisnis, enterpreneurshipdan lain sebagainya.
Lalu bagaimana dengan kita selaku pemangku kepentingan (stakeholder) di madrasah yang bervisi dan misi memajukan madrasah?. Slogan madrasah hebat, bermartabat, mandiri, berprestasi atau madrasah reformtidak seharusnya menjadi semboyan pemanis iklan danhanya isapan jempol belaka. Hal itu harus dibuktikan dengan pengelolaan pelayanan pendidikan yang tepat dan benar. Jika peserta didik sudah kita bekali dengan kompetensi dari pokok-pokok pikiran pak menteri di atas, maka kita sebagai stakeholder tentunya harus menjaga tata kelola madrasah ini melalui pokok-pokok pikiran itu juga, sehingga output yang dihasilkanmampu menjadi “iklan hidup”yang pada gilirannya nanti akan membawa trend positifbagi madrasah dengan selalu diliriknya madrasah ini,sekaligus menjadi pusat perhatian publik dalam konteks sebagai wadah yang representatif dalammenumbuhkembangkan potensigenerasi muda bangsa melalui proses pendidikan, pengajaran dan pembelajaran.
Maka upaya mengelaborasi sekaligus mencoba mengimplementasikan pokok-pokok pikiran di atas dalam tata kelola madrasah menjadi hal penting untuk kita lakukan bersama. Itu artinya, jika kita semua memiliki visi dan misi yang sama dalam upaya menjadikan madrasah ini sebagai alternatif pilihan masyarakatdan sesuai dengan harapan mereka, maka setidaknya kita harus memiliki kompetensi yang tertuang dalam point-point berikut ini:
- Memiliki kompetensi kerja kelompok. Yakni mampu secara bersama-sama bekerja dalam sebuah timdengan menyingkirkan sikap egois dan individualis kita. Saling berkoordinasi dan menjaga soliditas tim mutlak diperlukan. Karena dengan kerja kelompok, semua program-program kerja dapat dengan mudah terealisasikan dengan tepat dan benar. Kerja kelompok juga memberikan efek sinergitas yang kuat dalam sebuah sistem kerja ideal.
- Memiliki kemampuan dalam menggunakan logika berfikirdalam menyelesaikan setiap permasalahan di madrasahdanbukan dengan mengedepankan emosi.Berpikir logis membuat pola pikir menjadi lebih tajam dan berkembang, hal ini akan membuat kita mampu menganalisis permasalahan dengan ilmiah dan runtut. Dengan demikian masalah apapun akan dapat dengan tepat diselesaikan. Dan yang lebih penting akan melahirkan moderasi dalam berfikir.
- Memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang baik akan menghantarkan kita kejalan kesuksesan. Karena setiap apa yang ingin kita lakukan pasti diawali dengan adanya suatu ide atau gagasan dalam diri atau pikiran kita.Ide dan gagasan itu tidak akan terealisasi dengan baik jika tidak ada komunikasi yang baik antar personal. Untuk itu, dunia kerja saat ini harus dibangun dengan komunikasi yang baik antar semua pihak, agar tidak terjadi “gagal paham” yang mengakibatkan kekacauan publik dan disorientasi kerja.
- Memiliki integritas. Yaitu membangun kepercayaan yang ditunjukkan dengan sikap atauperilaku yang konsisten dalam menjalankan komitmen, profesi dan kebijakan institusi. Hal ini sangatlah penting untuk dilakukan di tengah masyarakat saat ini yangsering dikecewakanoleh perilaku-perilaku oknum lembaga atau institusi yang tidak profesional dengan semakin merebaknya kebohongan struktural.
- Satu lagi yang mungkin bisa ditambahkan dalam point ini, adalah kemampuan membangunmoderasidalam bersikap dan berbuat. Yaitu sebuah sikap yang mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan moral dan watak sebagai ekspresi kepribadian dari individu atau kelompok di tengah keberagaman dan kebhinekaan fakta sosial yang melingkupi kita. Dengan begitu akan melahirkan ketetapan dan kebijakan-kebijakan yang humanis dalam sistem kerja yang profesional.
Kelima point di atas sesungguhnya dapat menjadi prinsip-prinsip kerja kita membangun madrasah yang kita cintai dan banggakan ini. Dan jika itu semua dapat dilakukan dengan kesadaran tinggi dan konsisten serta menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme dan idealismemaka insyaa Allah akan menjadi jaminan bagi eksistensi madrasah di seluruh Indonesia pada umumnya dan Palembang Darussalam secara lebih khusus.
Sebagai akhir dari tulisan ini, kita ingin nyatakan bahwa kita mampu bertahan hidup (survive), bekerja, mencipta dan berkarya karena ada idealisme yang melingkupi pikiran kita. Kita ada karena ada idealisme kita. Maka jika ada orang yang mengatakan idealisme itu adalah bulshit dan omong kosong,laluia hanya mengedepankan pragmatismenya saja, maka bersiaplah dan tunggulah masa kehancurannya. Najwa Shihab, seorang jurnalis wanita terkenal, dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan“Saat pragmatisme menjadi sobat kekuasaan, idealisme yang akan menyemai perlawanan.”