MAN3PLG.SCH.ID Opini Persiapkan Ramadhanmu !

Persiapkan Ramadhanmu !

Oleh. S. Alfaris Alwi, M.Ag

(Penulis adalah guru Fikih dan Ushul Fikih pada MAN 3 Palembang)

 Apa yang Anda lakukan jika ada tamu istimewa yang akan datang berkunjung ke rumah Anda? Jawabannya tentu Anda akan merasa senang dan bahagia serta berusaha mempersiapkan diri sebaik dan semaksimal mungkin untuk menyambutnya. Paling tidak, Anda akan membersihkan rumah, menatanya dengan rapi agar terasa nyaman dan enak dipandang, menyiapkan hidangan yang lezat dan melengkapi kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan.

Begitu pun dengan Ramadhan. Ia adalah tamu istimewa dalam rumah batin kita. Maka, mempersiapkan diri menyambutnya adalah keniscayaan dalam membersamainya hingga Ramadhan berpamitan untuk kembali pulang nantinya. Keistimewaan tamu ini sebenarnya telah diikrarkan sendiri oleh Allah subhanahu wata’ala dalam firmannya dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya. Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 185 menyatakan, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`ān, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”  (QS. Al-Baqarah: 185). Kemudian dalam hadis riwayat Imam Ahmad juga ditegaskan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah, di dalamnya Allah mewajibkan kalian berpuasa, di dalamnya pintu-pintu surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan Ramadan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan barang siapa tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan.” (HR. Ahmad)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka setidaknya ada lima hal yang perlu kita persiapkan dalam rangka menyambut tamu agung itu.

Pertama, persiapan ruhiyah. Yaitu mempersiapkan ruang batin kita, hati dan jiwa kita dengan berusaha membersihkannya dari debu-debu maksiat dan dosa. Membersihkan hati kita dari riya’, sum’ah, ujub, nifaq, bohong, sombong, benci, dengki, marah dan penyakit-penyakit hati lainnya. Menjauhkan lisan kita dari ghibah, fitnah, mencela, menyebut keburukan saudara dan dari menyebarkan berita bohong alias hoaks. Dengan hati yang bersih dan ruhani yang suci serta tertata rapi akan memudahkan bagi kita untuk menyambut Ramadhan serta memuluskan tekad kita untuk melaksanakan amaliyah-amaliyah Ramadhan dengan sempurna. Bukankah bejana yang bersih hanya akan diisi oleh hal yang bersih juga? Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya apabila seorang mukmin berbuat dosa, maka akan ada titik hitam di dalam hatinya, jika ia bertobat, meninggalkannya serta meminta ampun maka hatinya akan kembali putih, namun jika ia menambah (dosanya) maka akan bertambah (titik hitam), maka itulah penutup (hati) yang disebutkan dalam firman Allah dalam kitab-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthafifin; 14). (HR. Ibnu Majah)

Kedua, persiapan fikriyah ilmiyah. Yakni mempersiapkan diri kita dengan mempelajari dan memahami ilmu tentang Ramadhan. Ada banyak hal yang harus kita ketahui tentang Ramadhan, mulai dari perkara yang hukumnya memang wajib untuk dilakukan, sunnah, makruh hingga haram. Ada perkara-perkara yang wajib kita ketahui tentang apa saja yang dapat membatalkan ibadah puasa dan apa saja yang membatalkan pahala puasa. Dua hal yang kelihatannya sama tapi sesungguhnya berbeda.

Ketahuilah bahwa ketika seseorang akan melaksanakan suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Allah, maka hukum mengetahuinya dengan ilmu adalah fardhu ain (wajib bagi setiap individu). Seseorang yang akan melaksanakan ibadah shalat misalnya, maka fardhu ain baginya mengetahui tata cara dan hukum-hukum seputar shalat sebelum ia mengerjakannya. Maka dalam hal ini tepatlah apa yang dilakukan oleh Imam Al-Bukhari ketika menulis bab khusus dalam kitab shahih beliau dengan judul, Al-‘Ilmu Qablal Qaul wal ‘Amal (Ilmu dahulu sebelum perkataan dan perbuatan). Hal ini dikuatkan pula dengan perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah riwayat dari Imam Ibnu Majah, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi.”  (HR. Ibnu Majah). Menurut para ulama, ilmu yang wajib itu adalah ilmu syariat.

Selain apa yang telah dikemukakan di atas, patut ditegaskan pula disini bahwa ilmu ternyata menjadi salah satu syarat agar suatu amalan dapat diterima oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada dasar dari kami maka amalan itu tertolak.” (HR. Ahmad). Tidak ada dasar dalam beramal maksudnya adalah tidak didasarinya sebuah amalan dengan ilmu (dalil). Amal seperti inilah yang tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala alias tertolak. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz juga pernah berkata, “Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2: 282)

Ketiga, persiapan amaliyah. Maksudnya adalah mempersiapkan diri dengan program-program amaliyah Ramadhan dan bertekad untuk menunaikannya seperti shiyam, qiyam (tarawih), tadarus Alquran, zakat, infaq dan sadaqah, i’tikaf dan lain sebagainya. Ramadhan adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal sholih. Karena pahala di bulan itu menjadi berlipat ganda dibanding bulan-bulan lainnya. Maka, merugilah bagi mereka yang mengabaikan dan menyia-nyiakan Ramadhan dari memperbanyak amal dan ibadah. Sahabat Anas Bin Malik menceritakan, “Ketika datang bulan Ramadan, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang terhalang darinya, maka ia telah terhalang dari seluruh kebaikan. Dan tidaklah kebaikan (malam tersebut) terhalangi kecuali bagi orang yang menyia-nyiakannya.” (HR. Ibnu Majah)

Keempat, persiapan jasadiyah. Yakni mempersiapkan fisik dan stamina kita agar dapat beraktivitas maksimal dan bersemangat selama Ramadhan. Karena aktivitas Ramadhan membutuhkan kekuatan fisik yang prima. Dengan fisik dan stamina yang kuat, maka hal itu akan semakin memudahkan dan meringankan kita mengisi dan menghiasi hari-hari di bulan Ramadhan dengan berbagai macam amaliyah Ramadhan baik yang wajib maupun sunnahnya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘ala daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah, ‘lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata ‘law’ (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan.'” (HR. Muslim)

Yang dimaksud dengan kuat dalam hadis tersebut mencakup kuatnya fisik selain kuatnya mental. Karena kekuatan fisik akan menopang kekuatan kita dalam beribadah kepada Allah. Semakin kuat dan prima fisik kita semakin kuat pula dan bersemangat kita beribadah. Sebaliknya, saat fisik kita lemah aktivitas ibadah pun turut melemah.

Kelima, persiapan maaliyah. Maal artinya harta. Persiapan maaliyah berarti mempersiapkan harta kita. Maksudnya adalah mempersiapkan harta kita yang bertujuan nantinya menunjang aktivitas Ramadhan seperti zakat, infaq, dan sadaqah dalam berbagai variannya semisal menyediakan buka puasa untuk orang yang berpuasa, menyantuni fakir dan miskin, anak yatim, dan aktivitas sosial lainnya yang membutuhkan dukungan dalam bentuk maal (harta). Aktivitas seperti ini, yakni mengeluarkan harta, ternyata juga menjadi pokok perhatian yang serius dari Nabi Muhammad  di bulan Ramadhan. Terekam dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan, “Nabi  adalah orang yang paling dermawan, terutama pada bulan Ramadan ketika malaikat Jibril ‘alaihissalam mendatangi beliau. Dan Jibril ‘alaihissalam kerapkali mendatangi beliau setiap malam bulan Ramadan serta mengajarkan Al-Qur’an kepadanya .Sungguh Rasulullah  itu kedermawanannya jauh melebihi angin yang berembus”. (HR. Bukhari)

Demikianlah lima hal yang mesti kita persiapkan dalam menyambut Ramadhan yang diberkahi. Semoga dengan menjalankan lima persiapan ini, Ramadhan kita di tahun ini akan menjadi lebih baik dari Ramadhan-Ramadhan yang telah kita lewati. Hadaanallah wa iyyaakum…

Wallahu a’lam