Palembang – Humas | Ilmu merupakan suatu hal yang paling penting, terdapat banyak orang-orang yang saya temui tidak konsistennya menuntut ilmu, mereka bermain-main, mereka tidak serius, padahal para ulama terdahulu pada dahulu atau para sahabat hingga tabi’in itu sangat giat dalam menuntut ilmu.
Ungkapan tersebut disampaikan oleh M. Dimas Aditya, siswa kelas keagamaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Palembang pada kuliah tujuh menit (Kultum) setelah melaksanakan sholat dhuha rutin di Masjid Baitullah Komplek MAN 3 Palembang, Rabu (8/8).
Dimas bercerita ada salah satu salaf yang diriwayatkan dalam kitab sejarah ketika ia mencatat disebuah kertas dalam majlis ilmu, ia kehabisan tinta pena, sehingga ia mencoba untuk membeli pena kepada teman-temannya dengan seharga dua dinar jika zaman sekarang satu dinar saja bisa mencapai 100 gram emas.
“Karena ia tidak ingin menyianyiakan waktunya untuk keluar membeli pena dan meninggalkan majlis ilmu bahkan ada beberapa ulama salaf menjual rumahnya karena ingin membeli kitab salaf,” ujarnya.
Kalau ingin hidup mulia harus dengan ilmu, ketika tidak menuntut ilmu maka akan hidup dalam sebuah kehinaan.
Selain itu, Ia menambahkan dalam sebuah kajian atau majlis ilmu diharuskan untuk diam dan memperhatikan secara serius, karena jika terlalu banyak tertawa akan mematikan hati.
Menuntut ilmu itu haruslah dengan tekun, maka jika ada seorang pemateri harus mencatatnya, karena Rasulullah SAW pernah mengatakan ikatlah ilmu dengan catatan.
“Menurut Imam Syafi’i ilmu itu seperti hewan tunggangan, ketika hewan tunggangan tidak kita ikat dengan penuh atau dengan longgar maka hewan tunggangan tersebut akan berlari dan terlepas, seperti itulah ilmu,” tutupnya.