Meraih Cinta Ilahi//Sumber: liputanislam.com
Palembang (Kemenag Sumsel) —
Kajian Jum’at MAN 3 Palembang dipimpin Ustadz Amiruddin yang membahas tentang “Mencintai Ilahi” yang diadakan secara rutin di Ruang Pertemuan MAN 3 Palembang, Jum’at (1/11/2024).
Dalam kajian tersebut, Ustadz Amiruddin mengakatan mencintai ilahi itu dengan tafakur, “tafakur itu bersal dari bahasa arab tafakaro-yatafakaru yang berarti merenung, secara mendalam merenungi sesuatu dan terkait dengan Allah SWT.,” ujar Ustadz Amir panggilan akrabnya.
Lebih lanjut, Ustadz Amir menambahkan tafakur ini salah satu ibadah yang dapat diperhitungkan dan waktu pelaksanaan tafakur itu sangat baik dilaksanakan pada malam hari.
“Setelah kita melaksanakan sholat malam, usai berdo;a kita dapat melakukan tafakur, bisa dengan kaki menyilang seperti bermidiasi,” ujarnya.
“Luar biasa, hikmahnya banyak jika kita melakukan tafakur ini,” tambahnya.
Ustadz Amir juga mengatakan terdapat tiga tafakur yang dapat dilakukan, yang pertama adalah bertafakur atas nikmat Allah SWT.
“Seperti yang kita ketahui didalam Al-Qur’an telah menjelaskan bahwasanya Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya,” ujar Ustadz Amir mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 18.
Ia menjelaskan jika kita bayangkan nikmat allah yang ada dalam diri kita seperti rambut di kepala, terdapat berapa banyak jumlah rambut, berapa banyak orang yang bekerja sebagai tukang cukur mendapatkan rezeki dari rambut.
“Dapat kita simpulkan nikmat yang allah berikan ini sungguh tidak bisa atau tidak dapat dihitung, maka dengan rambut yang diberikan oleh allah swt kita dapat bersyukur atas nikmat yang diberikan.,” ujarnya.
Selanjutnya, Ia mengatakan yang kedua itu tafakur janji-janji allah swt, “kita berada disini juga dapat dikatakan sebagai janji-janji allah, karena bermajlis merupakan salah satu dari taman-taman surga, selain itu diantara janji-janji allah lainnya ialah menunaikan ibadah sholat berjamaah yang bagaimana allah janjikan mendapatkan pahala 27 derajat,” tuturnya.
“Terakhir, ialah yang ketiga, tafakur kematian, kita tidak tahu kapan meninggal dan dimana kita akan meninggal untuk itu, dengan bertafakur, kita akan dekat bersama Allah dan selalu mengingat tentang kematian,” ujarnya.
Dengan renungan-renungan atau tafakur ini bisa memberikan kesadaran untuk lebih mencintai ilahi sebagai hamba allah swt yang telah menciptakan kita manusia dan alam semesta beserta isinya. (MRA)