![](https://man3plg.sch.id/wp-content/uploads/2024/12/IMG_54142-810x480.jpg)
Menteri Agama, Nasaruddin Umar melakukan pose foto bersama petinggi dan jajaran serta ASN Kementerian Agama Sumsel di Aula MAN 3 Palembang.//Dokumentasi MAN 3 Palembang/MRA.
Palembang (Kemenag Sumsel) —
Menteri Agama (Menag), Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, MA. mengunjungi MAN 3 Palembang dalam rangka Pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Peresmian Gedung Melalui Sumber Dana SBSN di Aula MAN 3 Palembang, Selasa (3/12/2024).
Terdapat empat pesan yang diberikan Menteri dalam kabinet Merah Putih tersebut. Pertama, Nasaruddin Umar menyampaikan tentang kearifan lokal yang harus dipertahankan oleh masyarakat Indonesia khususnya Masyarakat Sumatera Selatan.
“Kearifan lokal masyarakat Palembang, Sumatera Selatan ini benar benar harus dipertahankan. Hati-hati ada orang yang berusaha untuk mempertentangkan adat dengan agama,” ujarnya.
Lalu, Ia juga mengatakan, tidak sempurna agama tanpa adat, tidak sah adat tanpa agama. Perkawinan adat dan agama itu tugas KUA, mengawinkan antara tradisi lokal dengan universalitas ajaran.
“Jangan mempertentangkan keduanya, jangan sedikit-sedikit bid’ah dan sedikit-sedikit musyrik,” tegasnya.
Kedua, Ia berpesan kepada pegawai KUA, selain menikahkan orang, namun juga mempersiapkan generasi khoiru ummah (umat terbaik).
“KUA harus lebih banyak dan konsen memberikan bimbingan dan nasehat perkawinan, ini penting untuk menekankan angka perceraian,” ujarnya.
Selanjutnya Ia juga berpesan kepada guru madrasah untuk berusaha mencetak genarasi yang arif, bukan sekadar pintar saja. Ia mengatakan Semua orang arif itu pintar, tapi tidak semua orang pintar itu arif.
“Orang pintar itu ilmuwan, meningkat sedikit ada intelektual, di atas intelektual masih ada cendikiawan. Ilmuwan nilai bagus belum tentu diamalkan, kalau intelektual nilai bagus dan diamalkan, cendekiawan nilai bagus diamalkan dan dia memperhatikan lingkungannya. Jadi, target kita bukan memintarkan orang tetapi bagaimana meng-arifkan orang,” tuturnya.
Terakhir, Nasaruddin Umar mengatakan tugas sebagai pendidik jangan sembarangan memfitnah, Ia mengajak untuk memberikan pencerahan dan menanamkan rasa cinta sejak dini kepada anak-anak bangsa.
“Saya mohon kurikulum dikembangkan kurikulum berbasis cinta. Jangan menanamkan kebencian karena akan memanen perang. Jangan menyesatkan agama orang lain, namun jangan pula menyamakan semua agama. Inilah seninya menjadi pendidik di dalam masyarakat plural. Saya percaya masyarakat Sumsel akan menjadi teladan masyarakat Indonesia,” tutupnya. (MRA)